Warisan Budaya sebagai Identitas dan Potensi Wisata Daerah - BENDE SEGUGUK
Headlines News :
Home » » Warisan Budaya sebagai Identitas dan Potensi Wisata Daerah

Warisan Budaya sebagai Identitas dan Potensi Wisata Daerah

Written By nur on Sabtu, 02 Juni 2012 | 11.32



Ogan Komering Ilir  memiliki khasahan budaya yang kuat dan kental. Masyarakat Ogan Komering Ilir yang terdiri dari berbaga macam suku khususnya suku Kayuagung yang mendaimi Kota Kayuagung dan sekitarnya dikenal sangat menjunjung tinggi adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari diberbagai sendi kehidupan seperti kelahiran bayi, pernikahan, sampai kematian diatur dan dituntun oleh adat istiadat budaya setempat. Salah satu adat budaya yang tetap dipertahankan masyarakat Kayuagung yakni tradisi Midang.

Midang Morge Siwe
Midang (tradisi arak-arakan yang diiringi musik tradisional seperti tanjidor) merupakan agenda nasional dalam kunjungan wisata local maupun mancanegara yang dimiliki Kabupaten Ogan Komering Ilir khususnya. Tradisi yang telah ada pada abad 17 yang lalu ini berawal dari adanya perseteruan dua keluarga dalam menikahkan putra putrid  meraka. Sang putri merupakan keluarga dari keturunan orang terpandang pada waktu itu. Sementara calon pengantin laki-laki berasal dari keluarga miskin yang berkepribadian luhur. Beberapa persyaratan pun diajukan keluarga dari pihak mempelai perempuan untuk meminang putri mereka.

Persyaratan itu diantaranya pihak calon laki-laki harus menyediakan semacam kereta hias yang dibentuk menyerupai naga yang disebut dengan juli (karena nama pengantin perempuan bernama Juliah). Kereta ini dipergunakan untuk untuk membawa kedua orang tua calon pengantin laki-laki yang bertandang kerumah pengantin perempuan yang setelah ijab Kabul kedua keluarga pengantin laki-laki dan perempuan diapit oleh kedua orang diarak keliling kampung.

Kedua calon pengantin laki-laki sehari sebelum dilaksanakan upacara pernikahan harus mengumumkan pada masyarakat bahwa anak gadis mereka menikah melalui proses arak-arakan dengan mengarak pasangan pengantin yang diiringi oleh perwakilan beberapa perwakilan keluarga serta muda mudi setempat dengan diiringi tetabuhan musik. Berkat kelurahan budi keluarga mempelai laki-laki, semua permintaan keluarga mempelai perempuan ini dapat dipenuhi. Inilah asal muasal budaya midang yang masih dilestarikan sampai saat ini.

BENTUK MIDANG
Midang dalam perkembangannya sesuai dengan fungsi dan hakekatnya dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Midang Begorok
    Midang begorok adalah arak-arakan yang menjadi bagian prosesi pernikahan yang bersifat besar-besaran. Perkembangan sekarang Midang Begorok tidak hanya digunakan untuk acara pernikahan saja tetapi juga acara lain tergantung kemampuan si empunya hajat seperti acara sunatan, atau pun persedekahan lainnya.
2. Midang Bebuke
    Midang bebuke (midang lebaran Idul Fitri) disebut demikian karena dilakukan untuk memeriahkan hari Raya Idul Fitri tepatnya pada hari ketiga dan keempat Hari Raya idul Fitri. Midang Bebuke ini disebut juga Midang Morge Siwe (Sembilan Marga) karena diikuti oleh seluruh marga yang ada diwilayah keresidenan.

KEBERADAAN TRADISI MIDANG PADA SAAT INI
Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir menyikapi tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang sangat mahal nilai karakteristiknya. Tradisi ini merupakan aset budaya yang sangat diperhatikan disamping tradisi lainnya di Kabupaten OKI. Kondisi midang sampai saat ini masih sangat lestari bahkan berkembang menjadi wisata budaya Primadona di Ogan Komering Ilir. Midang telah menjadi nilai tradisi budaya unik dinegeri pertiwi.
Saat ini midang sudah dijadikan suatu kelengkapan karnafal Budaya di Ogan Komering Ilir yang dilaksanakan setiap tahunnya. Usaha ini merupakan upaya Ir. H. Ishak Mekki, MM Bupati OKI untuk menghidupkan dan melestarikan khasanah kekayaan budaya daerah, Adapun keunikan budaya lainnya yang tetap dilestarikan sampai saat ini antara lain berupa tarian.

TARI-TARIAN
Berbagai macam tari-tarian daerah yang merupakan keluhuran budaya masyarakat Ogan Komering Ilir masih tetap dilestarikan dari sekian banyak itu yang sering di pertontonkan atau dilakukan masyarakat yaitu tari “Penguton”  dan Tari “Gopung”

Tari Penguton


1.    Tari Penguton
Dari sejarahnya, tarian ini lahir pada tahun 1889. Pada masa itu tarian ini  masih berbentuk gerakan bloking dan pada tahun 1920, oleh keluarga Pangeran Bakri, tarian ini disempurnakan untuk penyambutan yang pada saat itu digunakan untuk menyambut Gubernur Jendral Belanda. Sejak itu tarian ini dijadikan sebagai tari sekapur sirih Kayuagung. Tarian ini ditarikan oleh Sembilan orang gadis-cantik yang dipilih dari Sembilan Marga yang ada di Kayuagung pada dan  menurut perkembangannya kemudian tarian ini mulai menggunakan iringan musik perkusi seperti Gamelan, gong, gendang yang sebagian instrument tersebut merupakan hadiah dari Kerjaan Majapahit pada abad ke 15 dibawa oleh utusan Patih Gajah Mada. Konon Alat-Alat ini masih ada dan digunakan pada saat menyambut kedangan Presiden Soekarno saat pertama kali berkunjung ke Bumi Bende Seguguk pada Tahun 1959. Pada tahun 1992 tari ini dibakukan sebagai tari sekapur sirih Ogan Komering Ilir
2.    Tari Gopung
Tari Gopung merupakan tari-tarian yang digunakan  untuk penobatan raja-raja. Tarian ini lahir pada tahun 1778 di suku Bengkulah Komering. Fungsi tarian ini sampai sekarang masih eksis digunakan sebagai tari penobatan pangkat dan penyambutan tamu pemerintah di Kecamatan Tanjung Lubuk.

BEBERAPA MAKANAN TRADISI KAYUAGUNG 

           
1.    Bolu Jelabat
2.    Bolu Limau Purut
3.    Bolu Apil
4.    Bolu Sepulut
5.    Bolu Lapis
6.    Bolu Santan
7.    Bolu Juadah
8.    Kue Cucur
9.    Gunjing
10. Upak
11. Imping
12. Kanon (panganan kering)
13. Tapal
14. Keripik
15. Putu
16. Sagon
17. Satu
18. Apam
19. Ragit
20. Lakso
21. Luntung
22. Berugo
23. Gelinak
24. Wajik
25. Kerupuk Kemplang
26. Tapai/Tekwan

Nama-Nama Kain Adat dan Baju Adat di Kayuagung













1.    Angkinan: Baju pengantin/baju kebesaran adat Kayuagung
2.    Kebaya Kurung Panjang: ciri yang memakai sudah bersuami.
3.    Kebaya Kurung Pendek/bunting: ciri yang memakai masih  perawan
4.    Kebaya Tapuk: Ciri yang memakai sudah bersuami.






5.    Kebaya Tojang: untuk undangan kehormatan/misal si ibu pengantin laki-laki diundang menghadiri hidangan atau kedulangan atau untuk menghadiri pernikahan


6.    Balah Buluh: Pakaian laki-laki yang dilengkapi dengan Kepudang atau kopiah (kain berada di luar baju)
7.    Teluk Belango: sejenis baju untuk kaum laki-laki untuk kepentingan adat dengan memakai peci dan kain dibalik baju
8.    Sarung Pelikat:bentuk kain untuk laki-laki yang terbuat dari jerat jerami yang bermotif kotak-kotak besar ataupun kecil
9.    Sarung bugis: untuk laki-laki
10. Kain Putungan (kain panjang) untuk pasangan kebaya pendek maupun kurung maupun kebaya biasa
11. Sarung Sunkitan: pasangan Angkinan juga bisa untuk kebaya biasa


4.  Nama-Nama Kain adat untuk Perempuan
1.       Beribit
2.       Pelangi
3.       Jupri















 

5.       Nama-Nama Jenis Motif kain Perempuan
1.       Motif bunga biduk
2.       Motif bunga oteh
3.       Motif bunga Payi
4.       Motif bunga Inton
5.       Motif bunga Kipas
6.       Motif Kemplang
7.       Motif Jelujur
8.       Motif bunga Kecubung





Selain khasanah budaya yang memukau Ogan Komering Ilir juga dianugerahi potensi wisata alam yang indah diantaranya :

Danau Teluk GelamDanau Eksotik dengan Panorama Memukau
Danau Teluk Gelam

Salah satu obyek wisata alam yang menjadi andalan Kabupaten OKI adalah sebuah objek wisata alam, yaitu Danau Teluk Gelam di Kecamatan Teluk Gelam sekitar 10 km dari Kota Kayuagung. Danau eksotik dengan keindahan alam yang memukau dan flora pauna yang masih asri.

Ketika belum dikelola dengan baik, tidak banyak orang yang tahu dengan Danau Teluk Gelam karena lokasi ini sepintas hanya seperti rawa yang umum terdapat di berbagai wilayah Kabupaten OKI. Memasuki tahun 1990-an, terutama sejak kepemimpinan Ir. H. Ishak Mekki, MM kawasan ini mulai ditata sedemikian rupa sehingga dapat menjadi salah satu alternatif tujuan wisata alam bagi masyarakat di Propinsi Sumatera Selatan.

Salah satu kegiatan jamnas yang dipusatkan Danau diteluk gelam
Berbagai kegiatan di Teluk Gelam pun kemudian dilaksanakan dan ditawarkan kepada masyarakat agar menjadikan obyek ini sebagai tempat hiburan keluarga. Ketika Propinsi Sumatera Selatan ditunjuk sebagai daerah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 2004, Danau TelukGelam dijadikan sebagai lokasi (venus) untuk sky air dan lomba dayung. Melalui kesempatan ini, penataan dan pembangunan kawasan Danau Teluk Gelam menjadi semakin pesat. Dengan terpilihnya Objek Wisata Danau Teluk Gelam sebagai tempat penyelenggaraan Jambore Nasional tahun 2011, pembangunan di kawasan wisata ini semakin  mengalami percepatan.

Selain sebagai sarana olahraga, lokasi ini menjadi alternatif hiburan keluarga maupun untuk penyelenggaraan berbagai acara serta akan dijadikan sebagai kampus Pramuka Provinsi Sumatera Selatan. Pihak Pemerintah Kabupaten terus mengarahkan agar berbagai kegiatan bisa dilakukan disana baik kegiatan olahraga, budaya maupun acara resmi. Dengan adanya kegiatan atau even yang diselenggarakan, dengan sendirinya pengunjung dapat menikmati secara langsung keindahan Danau Teluk Gelam, sehingga diharapkan ini menjadi bentuk promosi langsung yang akan membantu mempopulerkan Danau Teluk Gelam. Sebagai tujuan wisata keluarga, Danau Teluk Gelam sudah sangat memadai untuk saat ini. Karena disamping memiliki fasilitas hotel, rumah atlet,jalan lingkar danau, pengunjung dapat menikmati sejumlah permainan air seperti bebek kayu speed boat, ski ataupun arena permainan di darat.

Selain panorama yang memukau Teluk Gelam yang berasal dari bahasa setempat yaitu telok (telur) dan gelam (burung gelam) memiliki legenda yang memukau yakni berasal dari cerita pangeran tapa dan putri gelam yang menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan asal muasal terjadinya Danau Teluk Gelam ini.


Bukit Batu dan Legenda Si Pahit Lidah
Bukit ba­­­­­­tu atau Batu Gajah merupakan situs budaya yang menjadi destinasi wisata sejarah di Kabupaten OKI. Terletak di Desa Bukit Batu Kecamatan Panglan Lampam sekitar     Km dari Kota Kayuagung dan    km dari Kota Palembang menawarkan wisata sejarah yang memukau. Berawal dari cerita masyarakat setempat tentang sosok manusia sakti yang melegenda bagi masyarakat Sumatera Selatan “Serunting Sakti atau Sipahit lidah”. Menurut kepercayaan masyarakat Sum-Sel, Si Pahit Lidah selalu meninggalkan kenangan yang kemudian menjadi sebuah situs atau pembuktian bahwa dia pernah ada di wilayah tersebut.

Konon diceritakan si pahit lidah datang ke wilayah Pampangan dan Tulung Selapan (Sekarang Kecamatan Pangkalan Lampam) dari seberang lebak (rawa yang luas) Si Pahit Lidah mendengar ramai tetabuan masyarakat yang sedang melaksanakan pesta perkawinan. Berkali-kali si pahit Lidah berupaya memanggil warga dan hewan yang ada diseberang agar dapat menyebrangkannya namun tidak juga digubris. Di puncak kekesalannya Si Pahit Lidah menyumpah apa yang ada diseberang sana yang berjalan maupaun tidak berjalan menjadi batu. Maka jadilah semua yang ada di wilayah itu menjadi batu. Tebing tinggi, gajah, lesung, pengantin, paying dan lain sebagainya.

Sampai saat ini situs peninggalan Si Pahit Lidah ini tetap ada dan asri di Desa Bukit Batu Kecamatan Pangkalan Lampam seperti batu lesung, batu pengantin, batu gajah. Situs ini dikunjungi  dikunjungi masyarakat. Masyarakat setempat menjaga dan memelihara situs-situs ini dan tidak berani mengganggunya karena dipercaya akan membawa malapetaka. Bukit batu merupakan wisata sejarah dengan background legenda yang memukau.

Rumah Seratus Tiang, Rumah dengan Seratus Tiang Penyangga
Berawal dari Pangeran Rejed suku rambang yang merantau ke Komering meminangkan putranya seorang puteri dari suku Kayuagung. Dalam adat suku Kayuagung, apabila ingin meminang seorang puterinya harus menempatkan putri pada tempat yang layak. Orang tua Putri yaitu Pangeran Ismail meminta Pangeran Rejed untuk membangun rumah besar yang dibangun dari kayu besi (onglen) dengan tiangnya harus berjumlah seratus tiang dengan kayu serumpun kayu onglen dengan ornament yang harus semuanya diukir-ukir timbul 3 dimensi maupu ukiran dalam bentuk lukisan. Oleh pangeran Rejed didatangkanlah arsitek dadri cina dan juga dari arab untuk membangun rumah tersebut.
Rumah seratus tiang


Konon pembangunan rumah ini tidak selesai dalam waktu sepuluh tahun dikarenakan ahli atau arsiteknya tidak kuasa meneruskan dan selalu berganti-ganti. Akhirnya pada tahun 1811 atau pada abad 18, selesailah pembangunan rumah ini dengan seratus tiangnya dan ornamennya meskipun tidak sesuai dengan harapan pangeran Rejed. Oleh anak pangeran Rejed rumah tersebut dijadikan sebagai pusat kekuasaan pemerintahan warga Bengkulah.
 Hingga saat ini, rumah seratus tiang tetap asri dan sebagai mana adanya. Disebut seratus tiang karena rumah ini benar-benar memiliki seratus tiang penyangga. Rumah bersejarah ini terletak di desa Sugi Waras Kecamatan Teluk Gelam. Penghuni rumah tersebut merupakan turunan ketujuh dari pangeran Rejed. Konon ornament rumah menurut pengakuan penghuni, belum ada yang berubah kecuali genteng bagian atas yang diganti karena bocor maupun patah. Renovasi yang dilakukan diupayakan tidak merubah keaslian bentuk semula rumah seratus tiang ini.

PULAU MASPARI, SURGA INDAH DI PANTAI TIMUR OGAN KOMERING ILIR
Sumatera Selatan tidak memiliki Pulau di lepas pantai, Sumatera Selatan tidak memiliki Pantai yang indah, di Sumatera Selatan tidak ada area spotuntuk melakukan Diving atau snorkeling, seperti di Bali, semua anggapan tersebut akan terbantahkan dengan segala potensi yang ada di Pulau Maspari.
Pulau Maspari adalah sebuah pulau indah yang terletak di Desa Sungai Lumpur Kecamatan Tulung Selapan.

Perjalanan menuju Pulau Maspari apabila ditempuh dari Kota Palembang dapat melalui 2 alternatif; alternatif pertama yakni menggunakan jalur air yg langsung dari perairan Sungai Musi, tepatnya melalui BKB (Benteng Kuto Besak) atau dermaga dekat Jembatan Musi naik kapal speed dengan motor tempel menelusuri Sungai Musi menuju Upang dan jalur Laut Selat Bangka kearah timur Sumatera Selatan langsung menuju Pulau Maspari dalam waktu lebih kurang 6 jam.  Alternatif berikutnya yakni melalui jalur darat dan susur Sungai Lumpur, dari Kota Palembang menuju Kecamatan Tulung Selapan-OKI lebih kurang 2 jam, kemudian disambung dari Kecamatan Tulung Selapan-OKI dengan kapal speed motor tempel langsung menuju Pulau Maspari dengan jarak tempuh lebih kurang 4 jam perjalanan air.

Pulau ini menawarkan hamparan pasir putih yang memukau pemandangan yang sangat indah, deburan ombak yang bersahabat, serta kejernihan airnya yang menawan yang merupakan lokasi yang sangat cocok untuk melakukan diving, snorkeling serta berbagai olahraga lainnya.

Pantai pasir putih berbentuk ekor ikan Pari yang bisa berubah.
Bagian tereksostis pulau ini, yakni pantai pasir meliuk memanjang yang menyerupai ekor ikan pari, bahkan menurut masyarakat setempat bagian ekor ini pada musim tertentu akan berubah-ubah liukannya mengikuti terpaan angin, ombak dan arus yang membawa pasir kearah tertentu dan membentuk sebuah dataran menyerupai ekor ikan pari.

Telur Penyu Sisik
Di Pulau Maspari hidup frora dan pauna laut yang eksotisi di beberapa lokasi terdapat tempat telur penyu yang siap menetas, terdapat ratusan telur dalam lubang yang siap menetas yang dikenali tukik jenis penyu sisik yang keberadaannya sangat dilindungi karena sudah cukup langka di muka bumi ini.
Konon dari 1.000 butir telur diperkirakan hanya satu ekor saja yang mampu bertahan hingga dewasa, selebihnya banyak mati sebelum mencapai dewasa.

Belum lagi karena campur tangan manusia tidak bertanggungjawab yang memburu telur-telur penyu ini bahkan sebelum telur ini sempat menetas. Untuk satu ekor induk penyu sekali bertelur lebih kurang sebanyak 250 butir, artinya kalau untuk 1.000 butir baru bisa didapat dari setidaknya 4 ekor induk.

Dataran Berbunyi
Dataran “berbunyi” di Pulau Maspari yang mengarah ke atas bukit yang ada disana. Disebut demikian karena nelayan setempat menceritakan bahwa diatas bukit ini berdiri kokoh rambu suar yang berguna untuk memandu kapal-kapal laut yang lewat melintasi Selat Bangka dan bunyinya akan semakin bergema disaat musin kemarau tiba. Suara ini berasal dataran cukup luas yang mengeluarkan suara “dung, dung, dung” dan terus bergema apalagi jika diinjak sambil menghentakkan kaki lebih keras, maka suaranyapun jadi terdengar lebih keras.

Kondisi geografis yang berada sangat jauh dari pemukiman ini membuat Pulau Maspari sangat susah dijangkau oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten OKI terus berupaya mengoptimalkan potensi Surga yang belum terungkap ini. 

oleh : (zhva) dari berbagai sumber.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jadilah salah satu penggemar dari kami

Total Tayangan Halaman

Kunjungan

free counters

Comments

 
Support : Creating Website | ayank zhva | ayank zahva
Copyright © 2011. BENDE SEGUGUK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Ayank Template
Proudly powered by Blogger